Pages

Subscribe:

Senin, 31 Oktober 2011

Foto Pakaian Adat Kuantan Singingi

Foto Pakaian Adat Kuantan Singingi

Foto Pakaian Adat Kuantan Singingi ini adalah foto yang terlupa dalam postingan saya tentang Foto Pakaian Adat Melayu Riau yang didalamnmya dimuat foto-foto Foto Pakaian Adat Tradisional Melayu Kabupaten Bengkalis Riau. Gambar, Foto Pakaian Adat Tradisional Melayu Tanjung Pinang Kepulauan Riau. Foto, Gambar Pakaian Adat Tradisional Melayu Batam Kepulauan Riau. Gambar, Foto Pakaian Adat, Tradisional Indragiri Riau. Gambar, Foto Pakaian Adat Tradisional Melayu Siak Riau. Gambar, Foto Pakaian Adat Tradisional Melayu Tanjung Pinang Kepulauan Riau.

Foto Pakaian Adat Kuantan Singingi

Anehnya waktu itu Foto Pakaian Adat Kuantan Singingi terlupa atau diliupakan, hehehe. Sebelumnya minta maaf sama sang empunya foto, katanya ini fotojenik banget. Hmm.. karena saya ga bisa edit-edit foto saya publis juga deh. Untuk mengurangi rasa berdosa saya nama sang empunya foto tidak saya sebutkan. Biarlah pengunjung blog All About Pekanbaru Riau ini yang mencari tau. Kalau gitu saya kabur dulu yah.. Ntar yang punya fotojenik datang. Hehehe..
Untuk melihat foto-foto lainnya silakan lihat postingan ini --> Foto Pakaian Adat Melayu Riau

Article By : Datuk Bertuah

Minggu, 30 Oktober 2011

Daftar Objek Wisata Kuansing

Daftar Objek Wisata Kuansing

Pacu jalur>>Jalur adalah sampan berukuran panjang (Long Boat Race) 25-40 M, proses pembuatan Jalur ini dimulai dari musyawarah dan mufakat masyarkat untuk mencari kayu ke hutan. Penebangan kayu harus yang memenuhi persyaratan, baik besar kayu, panjang kayu, umur kayu, dan bahkan dinilai dari marwah kayu itu sendiri yang berada disekitar hutan. Setelah penebangan kayu dilaksanakan, kayu dibentuk setengah jadi dan selanjutnya diangkut kedesa dan dilanjutkan setelah sesampainya di desa dan siap untuk dilayur (diasapi).
Dalam proses pengasapan jalur tadi, masyarakat yang punya hajatan disuguhkan makanan khas Kuantan Singingi dan diselingi dengan kegiatan kesenian tradisonal. Pacu jalur merupakan pesta Budaya Rakyat yang dilaksanakan tanggal 21-24 Agustus setip tahunnya. Pesta budaya rakyat ini telah menjadi Event Nasional dan diikuti oleh Kabupaten-Kota se-Propinsi Riau, Propinsi tetangga, bahkan diikuti oleh negara jiran Malaysia, Brunei dan Singafore. Antusias pengunjung sangat tinggi untuk menyaksikan Pacu Jalur, apalagi kalau ada yang diunggulkan. Disamping nilai budaya yang sangat unik, baik entuk Jalur, cara memacukan mempunyai makna dan harus didukung stamina yang prima. Cerita lebih lanjut tentang Pacu Jalur bisa anda baca di Pacu Jalur Kuantan Singingi
perahu+baganduangPerahu Baganduang
Ditepian Pasar Lubuk Jambi dilaksanakan lomba Perahu Baganduang dan prosesi Manjopuik Limau, acara ini dilaksanakan minggu pertama selepas hari raya Idul Fitri (tanggal 8 Syawal). Manjopuik Limau adalah prosesi setelah kegiatan mengadakan kegiatan Batobo ke sawah antara pemuda dan pemudi yang menaruh kasih saying diperantara oleh orang ke tiga yang disebut Titian Sosok. Cerita lebih lanjut tentang bisa anda baca postingan ini Perahu Baganduang
Air Terjun Guruh Gemurai
Objek wisata Air Terjun Guruh Gemurai berjarak 23 KM dari pusat Kota Teluk Kuantan. Indahnya air terjun ini memeberikan kenyamanan dan ketenangan tersendiri bagi pengunjung. Nama Guruh Gemurai diambil dari bahasa daerah setempat, dimana Guruh berarti Gemuruh (bunyi air terjun dimaksud), sedangkan Gemurai adalah percikan air yang berserakan. Jadi air terjun Guruh Gemurai berarti air terjun yang bunyi percikannya (curahannya) bergemuruh. Anda berada di Ibukota Kabupaten Kuantan Singingi yakni Teluk Kuantan dengan bus menuju arah Kiliran Jao Sumbar akan melalui Kota Lubuk Jambi, Ibukota Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, namun sebelumnya yakni 3 Km sebelum Lubuk Jambi (19 Km) dari Teluk Kuantan, anda dapat menikmati keindahan Danau “Kebun Nopi” tidak ada duanya di Kuantan Singingi. Anda berada di Lubuk Jambi Ibukota Kecamatan Kuantan Mudik masih Kabupaten Kuantan Singingi, 3 Km arah Kiliran Jao Sumbar, anda memulai perjalanan yang mendaki sesekali melalui jalan yang berbelok-belok dengan panorama alam yang terkenal bagian dari Bukit Barisan, sampailah anda ditengah-tengah pendakian yang berbukit-bukit and lurah, disanalah terdapat air terjun Guruh Gemurai, tepatnya di desa Kasang. Cerita lebih lanjut dan foto-fotonya bisa anda lihat postingan ini Air Terjun Guruh Gemurai
Air Terjun Tujuh Tingkat
Objek wisata ini, air yang terjun dari tingkat pertama ketingkat berikutnya kita seakan melihat kristal yang berjatuhan. Air terjun tujuh tingkat ini berada dalam Hutan alami yang belum terjamah oleh tangan manusia. Untuk menuju objek wisata ini kita menempuh perjalanan 35 KM dari pusat Kota Teluk Kuantan dan dilanjutkan dari Pasar Tradisional Lubuk Ambacang, Kecamatan Hulu Kuantan. Dari sini kita melanjutkan dengan menggunakan pompong atau speed boat selama limabelas menit. Disepanjang aliran sungai lita dihibur dengan kicauan burung dan suara binatang (ungko) hutan yang bergelantungan di sepanjang sungai kuantan.
Sumber Air Panas Alam
Kemudian potensi lain adalah Sumber Air Panas Alami yang terletak di Sungai Pinang, Kecamatan Hulu Kuantan. Konon air panas yang mengandung belerang ini mampu mengobati penyakit kulit dan penykit laainnya. Menurut penduduk setempat Air Panas ini akan lebih panas pada hari Selasa dan Sabtu. Objek Wisata Air Panas Alam ini berjarak 33 Km dari Teluk Kuantan. Dari Teluk Kuantan arah Kiliran Jao yakni 500 M sebelum sampai di Kota Lubuk Jambi, anda akan menjumpai simpang jalan ke arah kanan dan terus melanjutkan perjalanan 11 Km akan sampai ke satu tempat bersejarah yang konon sejak nenek moyang sudah dikunjungi beramai-ramai oleh masyarakat dalam dan luar Kuantan Singingi untuk berobat penyakit kulit, reumatik dan lain-lain. Itulah ‘Air Panas Alam’ yang keluar dari perut bumi atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Dari persimpangan jalan anda melalui beberapa desa yakni Pulau Binjai, Pabaun, Siak dan sampailah ke lokasi dimaksud.
Air Terjun Pati Soni
Objek wisata Air terjun pati Soni ini terletak di Desa Cengar, Kecamatan Kuantan Mudik. Untuk sampai ke Objek wisata ini kita menemuh jarak 34 Km dari pusat Kota Teluk Kuantan.
Pangkalan Indarung
Menagkap Ikan larangan di Desa Pangkalan Indarung, Kecamatan Singingi. Merupakan tradisi masyarakat setempat. Biasanya dilakukan pada bulan desember pada setiap tahunnya. Pemerintah Desa dengan masyarakat setempat membuat sebuah peraturan bagi warganya, bahwa barang siapa yang menagkap ikan diluar musim panen maka mereka yang melanggar akan dikenakan hukumn atau sangsi.
Danau Masjid Koto Kari
Keindahan alam di Danau Masjid Koto Kari sangat mempesona, apalagi kalau dikunjungi saat matahari hampir tenggelam. Jarak dari pusat kota teluk kuantan tiga kilometer dan melintasi jalan utama ke Sumatra barat. Dari Teluk Kuantan dapat ditempuh dengan bus menuju ke barat ke arah jalan Lubuk Jambi Kiliran Jao, dengan hitungan menit saja sampailah kita di simpang, belok ke kiri jalan ke ‘Danau Mesjid’ sejauh 300 M dari simpang jalan raya. Disana anda dapat menikmati keindahan Danau Mesjid dengan sampan dayung serta fasilitas lainnya.
Rawang Udang
Danau Rawang Udang berlokasi di desa Talontam Benai, Kecamatan Benai. Objek wisata ini berjarak 13 KM dari pusat kota teluk kuantan. Objek wisata Danau rawang Udang ini dikelola pihak swasta yang telah dilengkapi berbagai fasilitas seperti kereta dayung. Restoran, oven stage, Mushola, wc, dan asilitas lainnya. Anda ingin melihat fotonya silakan klik ini
Logas
Logas terletak antara Pekanbaru dan Teluk Kuantan, sekitar 40 km dari Teluk Kuantan menuju Pekanbaru. ada tempat yang disebut Logas. Sebagian besar masyarakat di sini bekerja sebagai emas miners. Nama logas tidak hanya dikenal sebagai tambang emas, tetapi juga terkenal dengan kerja paksa selama masa penjajahan Jepang. Logas yang penuh dengan batu batu dataran rendah yang menyimpan potensi emas nya. Di antara bukit-bukit batu, Batang Singingi aliran sungai mengalir dengan jelas air yang memberikan tambahan nilai panorama alam yang indah.
Wisata desa Koto sentajo
Desa Wisata Koto Sentajo terletak 5 Km dari Teluk Kuantan Ibukota Kabupaten Kuantan Singingi, untuk mencapainya bisa menggunakan bus menuju ke timur yakni arah ke Rengat ibukota Kabupaten Indragiri Hulu sejauh 5 Km sampailah di desa Koto Sentajo yang ditetapkan sebagai ‘Desa Wisata’. Di desa ini dapat kita saksikan peninggalan sejarah atau adat nenek moyang berupa rumah adat dengan bagunan asli dengan motif khusus. Masyarakat di desa tersebut masih kental dengan adat kebiasaan yang diterima dari nenek moyang leluhurnya. Walaupun kehidupan masyarakat sudah jauh meninggalkan kebiasaan lama itu, namun ada hal-hal tertentu yang tidak mau ditinggalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di belakang desa wisata ini masih terdapat hutan yang asli, yang sampai sekarang masih dilarang untuk merusaknya, dan ini telah ditetapkan sebagai hutan lindung seluas 5000 Ha.

Article By : Datuk Bertuah

Humor Dalam Pantun Melayu Kuantan Singingi

Humor Dalam Pantun Melayu Kuantan Singingi

Humor Dalam Pantun Melayu Kuantan Singingi

Pantun memang bisa masuk kedalam segala lini kehidupan, seperti yang saya ceritakan dalam tulisan Mengenal Tuah Pantun Melayu. Pantun dalam segala aspek kehidupan itu juga termasuk Humor dalam Pantun Melayu atau sering dikenal dikalangan Orang Melayu yaitu Pantun Kelakar. Namun Pantun Melayu Sebagai Karya Sastra Klasik itu telah mulai pudar dikalangan anak muda Melayu, Khususnya di Riau, kita sudah jarang melihat karya-karya sastra yang memuat pantun-pantun kelakar atau cerita-cerita lucu.

Sebagian besar karya sastra yang lahir dari sastrawan-sastrawan Riau, baik itu berbentuk puisi, prosa, maupun drama cenderung berisi kepedihan-kepedihan yang jauh dari unsur lucu. Bisa jadi hal tersebut diakibatkan situasi dan kondisi kehidupan masyarakat Riau, yang sering tercermin dalam karya sastra, yang tidak menggembirakan. Menjadi korban ketidakadilan pemerintah pusat dan berbagai persoalan di daerah yang juga sangat memusingkan dan memprihatinkan, tidak habis-habisnya memunculkan karya-karya luka.

Padahal menurut Hasan Junus, sebuah penelitian asing pada abad ke-18 menyebutkan bahwa salah satu ciri orang Melayu adalah periang dan suka melucu (Berdaulat, Juli-September 2000, hal. 7). Tradisi ini sebenarnya sudah pula diteruskan oleh M. Kasim dan Soeman Hs. melalui karya-karya prosa mereka. Seharusnyalah dengan keadaan yang demikian, di Riau lahir karya-karya yang humoris, yang bahkan sanggup menertawakan kepedihan dan luka yang dialami.

Walaupun karya sastra di Riau dewasa ini tidak banyak yang bersifat lucu, tetapi karya-karya sastra lama Melayu Riau ternyata cukup banyak memiliki unsur-unsur humor. Beberapa yang patut dicatat, seperti cerita Pak Belalang, Yong Dolah, Pak Pandir, dan sebagainya.

Di Rantau Kuantan, yaitu daerah yang sekarang termasuk ke dalam kabupaten Kuantan Singingi, dikenal karya, seperti randai yang kental unsur humornya. Demikian pula dengan pantun yang sampai sekarang masih hidup di dalam masyarakat. Beberapa pantun, terutama yang bersifat sosial budaya kerap memuat unsur humor dan beberapa di antaranya akan dibahas dalam tulisan ini

Ditutuah buluah botuang badotak-dotak
Ayam bakukuak di bawah dapuar
Sangek baruantuang urang pokak
Mariam babunyi enyo tatiduar
(ditebang buluh betung berdetak-detak
ayam berkokok di bawah dapur
sangat beruntung orang pekak
meriam berbunyi dia tertidur)

Pantun di atas memang tidak serta merta membuat orang yang mendengarnya tertawa terbahak, yang ada barangkali hanya tersenyum simpul. Akan tetapi, sebuah sastra lucu memang tidak harus membuat orang tertawa terbahak-bahak (Berdaulat, Juli—September 2002). Hal ini berbeda dengan cerita lucu yang hanya mementingkan kejenakaan semata. Sastra lucu atau sastra yang mengandung humor, selain membuat orang tertawa atau tersenyum, haruslah pula mengandung pesan-pesan yang berguna bagi yang membaca atau mendengarnya, seperti yang dikatakan Hasan Junus dan Sapardi Djoko Damono. Pendapat senada diungkapkan pula oleh Mahmud dkk. (1994:3) di dalam penelitiannya Humor di dalam Sastra Klasik Sulawesi Selatan bahwa suatu gejala humor yang bagus, selain harus dibawakan dengan lucu, harus pula membawa suatu pesan.

Sepintas lalu pantun tersebut menertawakan dan menyindir kemalangan orang-orang cacat. Menurut teori humor superioritas, yang dikembangkan oleh Dunlup (1925) Leacock (1935) Rapp (1947) (Goldstein dan McGhee via Yunus dkk., 1997:7), humor memang dapat terjadi karena adanya “kelebihan” atau keunggulan atas orang atau pihak lain. Kegembiraan akan timbul bila seseorang membandingkan dirinya dengan orang yang lebih tidak menguntungkan posisinya, misalnya karena lebih bodoh, jelek, lemah, dan sebagainya. Suhardi via Yunus dkk. (1997:2) di dalam bukunya Jenis dan Fungsi Humor dalam Masyarakat Aceh, menganggap humor itu merupakan tingkah laku yang “agresif”; dalam humor pasti ada yang “dikorbankan” (diejek, direndahkan, atau dihina).

Di dalam pantun di atas, kemalangan orang-orang cacat tersebut memang dapat mengundang kelucuan bagi yang mengucapkan dan mendengarkannya, kecuali yang disindir, tentu saja. Akan tetapi, apabila diperhatikan lebih jauh, pantun tersebut tidak hanya sekadar mengundang kelucuan dan tawa saja. Pantun-pantun tersebut menyampaikan pesan yang mendalam bahwa keadaan yang cacat sekalipun patut disyukuri karena dengan kecacatannya tersebut ada manfaat atau kelebihan yang mereka punyai yang tidak dipunyai oleh orang yang sempurna secara fisik. Pada pantun di atas disebutkan bahwa orang yang pekak (tunarungu) dapat beristirahat (tidur) dengan tenang tanpa harus terganggu oleh suara-suara bising yang berada di sekitarnya, bahkan bila suara yang bising itu adalah meriam yang tentu sangat keras suaranya.
Perhatikan pula pantun berikut.

Buluah botuang ditobang rato
Banyak tacampak dalam ayiar
Sangek baruantuang urang buto
Indak nampak urang mancibiar
(buluh betung ditebang rata
banyak tercampak dalam air
sangat beruntung orang buta
tidak nampak orang mencibir)

Pada pantun ini, humor dibangun masih dengan memanfaatkan kesuperioritasan si pembuat/pengucap pantun dari orang-orang cacat. Akan tetapi, lagi-lagi kecacatan, dalam hal ini kebutaan, dianggap sesuatu yang patut pula disyukuri karena mereka tidak tahu ketika mereka dicibir oleh orang lain. Ketidaktahuan ini justru berakibat baik karena membuat hubungan antara si pencibir dan orang yang dicibir menjadi tidak terganggu atau lebih buruk.

elok tumbuahnyo asam balimbiang
tumbuahnyo dokek batang mangga
sungguah elok babapak sumbiang
kalau bongi golak juo
(elok tumbuhnya asam belimbing
tumbuhnya dekat batang mangga
sungguh elok berbapak sumbing
kalau marah gelak juga)

Mempunyai orang tua (bapak) yang cacat, sumbing misalnya, tentulah bukan hal yang menggembirakan atau membanggakan, bahkan keadaan yang demikian dapat menjadi bahan cemoohan dan gurauan bagi orang lain. Kesan itu pula yang mula-mula tampak pada pantun ini sehingga orang yang dijadikan gurauan atau orang yang punya orang tua dengan kondisi yang demikian di dalam pantun ini dapat saja tersinggung. Akan tetapi, ada hal yang dianggap menguntungkan dari kondisi bapak yang sumbing bagi si anak, yaitu wajah bapak dianggap tidak akan pernah terlihat marah atau bengis dan selalu tertawa.

Masih mengenai orang yang tidak sempurna secara fisik, pantun selanjutnya berbicara mengenai orang yang mempunyai kaki yang pendek atau lebih dikenal dengan istilah cebol. Kondisi tubuh yang cebol memang menyulitkan, terutama untuk melakukan beberapa pekerjaan yang menghendaki tubuh yang tinggi, seperti mengambil barang yang terletak di atas lemari, memperbaiki atap dan sebagainya. Keadaan ini diperburuk pula oleh anggapan orang yang berlaku umum, yaitu bahwa tinggi merupakan salah satu syarat bagi suatu “kesempurnaan” fisik. Akan tetapi, di dalam pantun ini orang yang mempunyai kaki pendek dianggap mempunyai keuntungan dapat menyuruk di bawah dada. Menyuruk di bawah dada sendiri dapat menimbulkan senyum karena asosiasi yang kemudian muncul di pikiran pendengar atau pembaca, asosiasi yang menjurus pada hal yang bersifat sedikit porno. Pengungkapan kepornoan tersebut memang tidak dibuat secara langsung berhubungan dengan hal-hal yang tabu, namun humor ini yang diungkapkan melalui pantun berikut, dapat dianggap mengikuti teori tabu atau teori kelepasan.

burung puyuah bakaki pendek
copek manyuruak di bawa lado
sangek baruntuang bakaki pendek
dapek manyuruak di bawa dado
(burung puyuh berkaki pendek
cepat menyuruk di bawah lada (=cabe)
sangat beruntung berkaki pendek
dapat menyuruk di bawah dada)

Sedikit berbeda dengan pantun-pantun sebelumnya, pantun di bawah ini, unsur humor dibuat dengan ketidaklogisan perbuatan yang dilakukan oleh tokoh yang ada di dalam pantun. Perbuatan memberi makan ke dalam sangkar yang burung di dalamnya sudah mati, tentu saja menimbulkan kelucuan, sebab hal tersebut merupakan perbuatan yang tidak masuk akal dan sia-sia. Akan tetapi, pantun tersebut tidak hanya menimbulkan kelucuan saja. Ada pesan luhur yang ingin disampaikan. Mengartikan makna pantun di atas tidak bisa secara harfiah. Artinya, yang dimaksud di dalam pantun tersebut bukanlah pemberian makan pada sangkar yang kosong. Pantun tersebut lebih pada kiasan mengenai orang yang kehilangan istri, yang karena kecintaan dan kesetiaannya pada sang istri membuat sang suami tetap selalu mengingatnya, walaupun sudah meninggal sekian lama.

La tigo bulan kami kamari
Elok la makan baduo-duo
La tigo bulan burung den mati
Sangkar den bori makan juo
(Sudah tiga bulan kami ke mari
Eloklah makan berdua-dua
Sudah tiga bulan burung saya mati
Sangkar diberi makan jua)

Humor memang tidak hanya berfungsi sebagai pemancing tawa dan senyum atau penghibur hati belaka. Dibalik perilaku humor yang terkadang sadis, seperti tampak pada beberapa pantun di atas, terkandung saran dan pesan untuk melihat segala kekurangan yang ada dengan sikap positif. Dengan demikian, akan muncul rasa syukur kepada Allah terhadap apa pun yang ditimpakan-Nya pada kita.

(Ditulis Oleh Yulita Fitriana dan pernah dimuat di Majalah Sagang)
Trackback: International World Music Festival 2010
Article By : Datuk Bertuah

Seni Budaya Kuansing: Seni Teater Tradisional Randai Kuantan Singingi Riau

Seni Budaya Kuansing: Seni Teater Tradisional Randai Kuantan Singingi Riau

Gesekan Piual—Biola, hentakan pukulan Gondang dan tiupan lapri (Serunai), diiringi langkah tari merupsakan ciri khas tersendiri dari Randai Kuantan. Salah satu bentuk kesenian rakyat tradisional Kabupaten Kuantan Singingi. Randai Kuantan merupakan kesenian rakyat yang komunikatif, lahir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Kuantan. Randai Kuantan membawakan suatu cedrita yang sudah disusun sedemikian rupa dengan dialog dan pantun logat Melayu Kuantan, disertai lagu-lagu Melayu Kuantan sebagai paningkah babak-babak cerita.
Memang suatu pertunjukan kesenian rakyat yang membuat kita pun ingin ikut bergoyang melihatnya, bahkan mengelitik hati. Tak urung gelak tawa pun akan keluar dengan seketika. Cerita yang dibawakan biasanya sudah melekat di hati orang Rantau Kuantan, sehingga randai sudah begitu akrab di tengah-tengah masyarakat.


Tak di ketahui secara pasti, kapan randai mulai ada di daerah ini. Tetapi apabila menilik dari sejarah, maka randai ini telah ada semenjak zaman penjajahan Belanda dulu. Randai di pergerlarkan dalam acara pesta perkawinan, sunatan, doa padang, kenduri kampung dan acara lainnya yang di anggap perlu untuk menampilkan Randai.
Seni Budaya Kuansing Randai Kuansing biasanya dilaksanakan pada malam hari, memakan waktu 2 hingga 4 jam. Disinilah orang sekampung mendapat hiburan dan bisa bertemu dengan kawan-kawan dari lain desa. Berhasilnya sebuah pertunjukan tidak terlepas dari peran serta pemain, pemusik dan penontonnya. Untuk sebuayh ceriata yang akan dibawakan biasanya memakan waktu latihan sekitar satu bulan atau lebih. Memang waktu latihannya tidak setiap hari, rutinnya hanya pada malam Ahad.
Tetapi apabila akan mengadakan pertunjukan maka waktu latihannya akan ditambah sesuai dengan kesepakatan bersama. Dengan jumlah anggota 15 sampai 30 orang untuk satu tim randai, terdiri dari penari, pemusik, dan tokoh dalam cerita. Jumlah tokoh tergantung cerita yang dibawakan. Biasanya jumlah pemusik tetap. Satu Piual, 2-3 gendang, satu peniup lapri.


Keunikan randai memang mempunyai daya tarik tersendiri dibandingkan denga kesenian rakyat lainnya yang hidup di Rantau Kuantan. Antara lain adalah, adanya tokoh wanita di perankan oleh laki-laki yang berpakaian wanita, dan sindiran-sindiran terhadap pejabat dalam bentuk pantun.
Tokoh wanita yang diperankan laki-laki ini dimaksudkan untuk menjaga adat dan norma-norma Agama. Karena latihan pada malam hari dan pertunjukan juga pada malam hari, sehingga kalau ada anak dara yang tampil ini merupakan suatu yang tabu bagi masyarakat. Selain itu juga untuk menjaga supaya hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Sewaktu pementasan para Anak Randai membentuk lingkaran dan menari sambil mengelilingi lingkaran, sehingga pemain tidask berkesan berserakan dan terlihat rapi. Menyaksikan Randai Kuantan kita akan terbuai dan merasakan suasana kehidupan desa. Bermain, kebun karet, bergurau, bersorak sorai serta berbincang, tentu dengan lidah pelat Melayu Kuantan. Sehingga perantau yang pulang kampung ke Rantau Kuantan tak pernah melawatkan pertunjukan ini.
Untuk menyaksikan pertunjukan Randai Kuantan bukanlah hal yang sulit, karena Randai Kuantan sampai saat ini tetap banyak didapatkan di Rantau Kuantan, bahkan pada saat ini hampir setiap desa mempunyai kelompok randai.


Sebuah kelompok Randai juga mempunyai sutradara yang mengatur jalan cerita sebuah pertunjukan randai. Sutradara atau peramu cerita harus mempunyai wawasan yang luas terutama dalam hal pengembangan dialog dan pantun. Tidak hanya itu, dia sedikit banyak juga harus mengerti tentang peralatan alat musik yang digunakan. Disinilah sutradara dituntut untuk menampilkan yang terbaik. Sehingga penonton tidak merasa bosan dengan alur ceritanya.
Peran pemerintah untuk melastarikan kesenian tradisonal Kuantan ini memang ada. Terbukti dengan diperlombakannya kesenian ini pada setiap Festival Pacu Jalur di Teluk Kuantan. Disinilah mereka bisa menguji kemampuan kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. selain itu pada Festival Budaya melayu (FBM) 1997 di Pekanbaru, randai juga diikutsertakan mewakili kontingen Inderagiri Hulu—sebelum mekar menjadi Kuantan Singngi.
Masyarakat Rantau kuantan sering kali mengadakan hajatan dengan mengundang sebuah kelompok Randai. dengan demikian mereka tidak merasa jenuh dengan latihan saja, mereka juga akan mandapat masukan berupa uang lelah sebagai ucapan terima kasih. peran masyarakat setempatlah yang sebenarnya paling dominan. sehingga Randai Kuantan tetap melekat dihati masyarakat.


Tinggi la Bukik si Batu Rijal
Tompek Batanam Si Sudu-sudu
Abang Kan Poi Adiak Kan Tinggal
Bajawek Solam Kito dahulu
Itulah sala satu pantun dalam Randai Kuantan yang bercerita tentang Ali Baba dan Fatimah Kayo. Cerita ini mengisahkan perjalanan hidup sepasang suami istri yang hidup di Kampung Kopah Teluk Kuantan.
Saat ini Randai Kuantan masih tetap eksis, malah telah samapai ke manca negara, dan punggawai oleh Fakhri Semekot dan kawan-kawan.Semoga Bermanfaat!!!

Post Original dari Postingan www.sungaikuantan.com : Randai Kuantan
http://www.sungaikuantan.com/2008/09/randai-kuantan.html

Java War: Pagelaran Seni dan Kebudayaan, berjudul “Opera Diponegoro”

Pada kesempatan ini, kami Daya Dimensi Indonesia ingin mengundang Bapak/Ibu untuk menghadiri pagelaran seni dan kebudayaan, berjudul “Opera Diponegoro” yang akan kami adakan pada tanggal 11-13 November 2011, pukul 20.00 WIB di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM).
Opera Diponegoro kali ini merupakan kolaborasi antara maestro tari Indonesia, Sardono W. Kusumo dengan salah satu legenda musisi Indonesia, Iwan Fals yang telah mendapatkan beberapa penghargaan dan memberi sumbangsih besar kepada bangsa ini dengan karya-karyanya. Pagelaran ini akan menampilkan koreografi baru dari Sardono W. Kusumo dan 10 aransemen lagu yang dibuat oleh Iwan Fals dengan lirik yang telah ditulis Pangeran Diponegoro 200 tahun silam.


Pada tanggal 11 Novemeber, Peter Carey sejarahwan dari Oxford University yang juga menjabat sebagai Project Director untuk Cambodia Trust Organization akan menjelaskan tentang lukisan raden saleh yang menjadi properti pada pagelaran kali ini. Selain itu, Peter Carey sebagai seorang peneliti akan meluncurkan bukunya yang berjudul “Kekuatan Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855” . Buku ini adalah sekumpulan cerita lengkap tentang sejarah kehidupan dan perlawanan Diponegoro sampai dengan Babad Diponegoro mendapatkan penghargaan dan ditetapkan sebagai “Memory of the World” wilayah Asia Pasifik.


Pagelaran “Opera Diponegoro” kami wujudkan adalah sebagai salah satu wadah atau bentuk implementasi dari visi Daya Dimensi Indonesia yaitu menuju Indonesia yang lebih baik. Karena kami percaya bahwa kesenian adalah salah satu jalan yang kita pilih untuk mebangkitkan kebanggaan sebagai bangsa yang memiliki orang-orang besar; Selain sebagai penikmat pertunjukan, kami ingin membantu terjadinya pertunjukkan yang berkelas dengan dampak yang kita harapkan akan membangkitkan dan menumbuhkan rasa nasionalisme


Apabila Bapak/Ibu tertarik untuk menghadiri pagelaran “Opera Diponegoro” ini, dapat menghubungi (021) 724 6225 atau 0812 1077 2056 dan pada website www.operadiponegoro.com untuk informasi tiket
Besar harapan kami agar Bapak/Ibu dapat meluangkan waktu dan menghadiri pagelaran tersebut.
Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya.

Source: http://www.facebook.com/event.php?eid=207510295985992

Rabu, 19 Oktober 2011

Karya Seniman Pengukir Pisang

Karya Seniman Pengukir Pisang

Karya Seniman Pengukir Pisang2

Karya Seniman Pengukir Pisang3

Karya Seniman Pengukir Pisang4

Karya Seniman Pengukir Pisang5

Karya Seniman Pengukir Pisang6

Karya Seniman Pengukir Pisang7

Karya Seniman Pengukir Pisang8

Karya Seniman Pengukir Pisang9

Karya Seniman Pengukir Pisang10

Karya Seniman Pengukir Pisang11

Karya Seniman Pengukir Pisang12

Karya Seniman Pengukir Pisang13

Seniman Keisuke Yamada asal Jepang suka membuat ukiran buah pisang menggunakan sendok dan tusuk gigi. Inilah beberapa karya-karyanya.

Source:.berita.yahoo.com