Pages

Subscribe:

Minggu, 06 November 2011

Seniman Disiplin:Idrus Tintin Terima Bintang Budaya dari Presiden

PEKANBARU(RP)- Seniman dan budayawan Riau Idrus Tintin (almarhum) dinilai berjasa pada negeri ini, terutama di bidang kebudayaan.
Usaha kerasnya selama hidup diakui dengan pemberian tanda kehormatan berupa Bintang Budaya Parama Dharma yang akan diserahkan langsung oleh Presiden RI, Selasa (8/11) di Istana Negara.
Seniman yang bergelut di bidang sastra dan teater ini meraih tanda kehormatan bersama empat tokoh lainnya antara lain alm Harijadi Soemar Djaja, Gondo Durasim, Sigit Sukasman dan Go Tik Swan (KRT Hardjonegoro).
Kelima tokoh ini menyisihkan lima tokoh lainnya seperti alm Benyamin Sueb (Benyamin S), Hasbullah Parindurie, Huriah Adam, Gedong Bagus Oka (Ni Wayan Gedong) serta Kwee Tek H.
Penerimaan tanda kehormatan ini diberitahukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Direktorat Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film melalui surat Nomor 281/Srt/PJKPB/XI/2011, pada 4 November lalu.
Hal ini sesuai dengan surat Sekretaris Militer Presiden Nomor: R-1221/sesmilpres/GI 02.000/11/2011 tertanggal 3 November 2011. Pemberian penghargaan ini bersempena Hari Pahlawan, 10 November 2011.
Kabid Nilai Budaya, Bahasa dan Seni Disbudpar Riau Yoserizal Zen menyebut, pihak Budpar Riau mengusulkan pada pusat dalam tahun ini. Selain almarhum Idrus Tintin dari keluarga militer dan pahlawan Riau, dia juga pejuang kebudayaan yang tak kenal pamrih hingga akhir hayatnya.
‘’Kita terharu. Sudah banyak kita usulkan tokoh Riau, hanya satu ini yang diterima pusat,’’ ujar Yoserizal pada Riau Pos, Ahad (6/11).
Dijelaskan Yoserizal, sebelumnya Budpar Riau sudah mengirimkan banyak tokoh kebudayaan. Bahkan almarhum Yazis bin Tomel yang dianugerahi sebagai maestro tari zapin, juga tak lulus. Barulah alm Yazid diterima setelah diusulkan Tom Ibnur, tokoh tari zapin nusantara pada 2010 lalu.
Seniman yang Total dan Disiplin
Di mata orang-orang di sekelilingnya, Idrus Tintin adalah seorang seniman yang total mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk berkarya di bidang seni terutama teater. Ini diakui budayawan Riau yang juga sahabat Idrus semasa masih aktif berkarya, Dr (HC) Tenas Effendy.
‘’Secara umum Idrus Tintin menjadi contoh bagi seniman dan budayawan lain di Riau dari segi kegigihannya dalam berkarya. Ia memang sahabat dan seniman yang luar biasa. Hingga penghargaan ini memang patut diraihnya,’’ komentar Tenas.
Budayawan Riau Yusmar Yusuf menilai, penghargaan ini merupakan pengakuan atas tanah ini sebagai tanah dengan entitas kebudayaan yang kawi.
‘’Sungguh layak. Dia sebagai ‘tiang ruhani’ kebudayaan Melayu Riau. Dia adalah bebatuan di bawah ‘permukaan bumi’ kebudayaan Riau, tempat bersarang dan sembunyi mineral kebudayaan. Terutama sastra tulis dan lisan yang ranggi dan piawai,’’ ujarnya.
Sementara budayawan Riau Al Azhar menyebutkan, Bintang Budaya yang diberikan pada Idrus Tintin, yang semasa hidup digelar ‘’Burung Waktu’’ itu adalah yang pertama kalinya terjadi dalam dunia kesenian dan kebudayaan Riau modern.
Bagi seniman dan budayawan Riau, penghargaan ini mestinya bisa meningkatkan kepercayaan diri dan semangat untuk terus mencipta, meski ekspresi-ekspresi budaya di negeri ini belum dapat penghargaan dan reward (hadiah) yang memadai.
‘’Pemerintah dan masyarakat di negeri ini masih memandang seniman sebagai profesi pinggiran, dan ekspresi-ekspresi budaya yang ada tetap terpencil atau dipencilkan,’’ ujarnya.
Al Azhar menyayangkan skema beasiswa untuk seniman selama ini, yang seharusnya terbuka juga untuk seniman yang ingin meningkatkan kualitas kreatifnya melalui kegiatan-kegiatan magang, lokakarya, dan riset penciptaan, baik di Riau maupun di luar Riau.
‘’Ingat, peradaban berkembang bukan oleh aktivitas politik praktis yang dikendalikan oleh syahwat ingin berkuasa, seperti fenomena sekarang ini. Peradaban berkembang oleh dahaga bangsa akan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,’’ tegasnya.
Di luar itu, lanjut budayawan yang pernah meraih Anugerah Sagang ini, Bintang Budaya jelas merupakan hal yang patut disyukuri dan diterima dengan rasa bangga oleh pihak keluarga Idrus Tintin dan masyarakat Riau.
Diceritakannya, hari-hari yang dijalani almarhum semasa beliau hidup adalah hari-hari yang mungkin ‘aneh’ bagi kebanyakan orang. Penghargaan ini adalah bukti yang lebih nyata bahwa Idrus Tintin membuat pilihan yang benar, yaitu istiqamah dengan kata hati dan geliat kesenimanannya ‘yang aneh’ itu.
‘’Sebagai ‘anak kandung’ dari kesenimanan Idrus Tintin, saya dapat membayangkan beliau, dari tempatnya di alam sana, terkekeh-kekeh melihat semua putra-putrinya terharu atas penghargaan ini. Lalu ia akan meminta isterinya, yang juga sudah di alam sana, untuk menyanyikan sebuah lagu Ismail Marzuki, ‘’Bung, di Mana Kini Berada’’, dan menyuruh saya membaca sebuah puisinya, ‘’Kalau Bukan Kalau’’, yang diakhiri dengan seruan: Horeeeee!,’’ tutur Al Azhar.
Menurut salah seorang anaknya, Godam Tintin, bisa dikatakan, hidup sang ayah sepenuhnya untuk teater dan seni.
‘’Itu setiap hari. Saya salut padanya bahwa setiap ia berkarya tidak pernah memikirkan untung rugi, tidak pernah memikirkan apakah diperhatikan orang atau tidak,’’ kata Godam didampingi adiknya Multi Tintin, Ahad (6/11) malam.
Diceritakan Godam, beliau sangat serius bila menggeluti sesuatu, apalagi hal itu adalah sebuah kewajiban. Idrus juga terkenal disiplin, baik dalam berkarya maupun mendidik anak-anaknya.
‘’Dia sangat disiplin, kalau saya ini dulu pukul 7 pagi belum pergi sekolah, pasti ia sangat marah. Ia belum akan berhenti marah sebelum saya berangkat ke sekolah. Walau begitu almarhum juga suka berkelakar dengan kami,’’ kenang Godam kini sedang di Jakarta.
Idrus Tintin memang dikenal sebagai seniman ulet, sampai-sampai jiwa seninya itu terlihat jelas di kehidupan sehari-harinya. Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau Azaly Djohan mengakui hal ini.
Menurutnya, Idrus adalah seorang seniman yang sangat peka terhadap lingkungan sosial dan terkenal gigih dalam berkarya.
‘’Beliau selalu menunjukkan suatu hal yang tidak disukai dengan seni. Seperti dulu saya masih ingat ketika beliau tidak suka dengan tidak adanya ketegasan pemerintah di Riau ini. Waktu itu di kantor Gunernur, dibawanya beberapa pemain kompang, lalu di tengah-tengah itu dia pun bersajak mengkritik pemerintah,’’ cerita Azaly.
Azaly menyebutkan, Idrus adalah seorang pribadi yang unik dan selalu mengekspresikan diri dengan hal-hal yang terkadang lucu namun bermakna dalam.
‘’Beliau sangat gigih dalam berkarya, tanpa pamrih dan tidak suka meminta-minta. Maka kami yang berada di LAM Riau merasa senang dengan penghargaan yang beliau raih. Itu memang pantas,’’ tutur Azaly.(fed/*7).Source:www.riaupos.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar